Archive for June, 2006

The Untold Story:

Kisah Nyata Penderitaan Kapten Muslim U.S. Army di Penjara Guantanamao (Penjara Khusus Teroris)

Penulis: James Yee

Isi: 364 hal. (16 x 24 cm)Hard Cover – Jaket Cetakan 01, Mei 2006 Penerbit: Dastan Books

JAMES YEE mencintai Tuhan dan Amerika, namun salah satunya
memenjarakannya.

sinopsis:

Kisah James Yee ini mengungkap bagaimana seorang lulusan
West Point yang patriotik didakwa dengan dakwaan yang amat
serius dan ditahan dalam sel isolasi-semua itu tanpa bukti
apa pun.

James Yee dibesarkan di New Jersey dan -seperti ayah dan kakak-kakaknya- ingin mengabdi pada negaranya. Ia memutuskan untuk masuk US Army Chaplain Corps (Korps Ulama Angkatan Darat AS) sebagai salah seorang ulama Muslim pertama.

Kisahnya ini dituturkan dengan amat memikat, menyuguhkan pandangan orang-dalam tentang kondisi di Teluk Guantanamo, tempat Yee ditugaskan pada tahun 2003. Tugasnya adalah melayani kebutuhan spiritual para tahanan di sana, dan karenanya ia lebih memahami kondisi mereka ketimbang orang lain. Namun, karena itu ia malah dijuluki ‘Taliban Cina’, disindir, dicerca, dan difitnah macam-macam. Semua itu tidak terbukti; seluruh dakwaan terhadapnya dibatalkan. Sayangnya, karier militer dan reputasinya telah lebih dulu hancur.

Inilah kisah yang mengungkap sisi gelap perang terhadap terorisme yang berlebihan dan tanpa aturan, yang menebar bahaya di mana-mana dan mengakibatkan seorang patriot Amerika sejati diperlakukan layaknya musuh. Bukannya mendapat penghargaan atas jasa-jasanya, Yee malah dihukum. Reputasi Amerika sebagai negara hukum yang adil ikut tercoreng bersamanya.

James Yee lulus dari West Point pada tahun 1990, mengabdi di Angkatan Darat AS selama empat belas tahun, termasuk tugas di Arab Saudi pasca-Perang Teluk I. Setelah memeluk Islam pada tahun 1991, ia belajar di Damaskus, Suriah selama empat tahun.

Ia telah dua kali menunaikan ibadah haji ke Makkah. Kini ia tinggal di Olympia, Washington.
***
“Pelecehan terhadap kitab suci umat Islam kerap terjadi di Penjara Guantanamo. Polisi militer di penjara sering menggunakan lembaran Alquran untuk membersihkan lantai. Saya sering menemukan sobekan lembar Alquran di lantai,” tutur Yee.

“Mereka tidak peduli pangkat saya kapten, lulusan West Point, akademimiliter paling bergengsi di Amerika Serikat. Mereka tidak peduli agama saya melarang telanjang di hadapan orang. Mereka tidak peduli belum ada dakwaan resmi terhadap saya. Mereka tidak peduli istri dan anak-anak saya tidak mengetahui keberadaan saya. Mereka pun jelas tidak peduli kalau saya adalah warga Amerika yang setia dan, di atas segalanya, tidak bersalah,” kata Yee.

Istrinya menggenggam pistol di tangan yang satu dan dua butir peluru di tangan lainnya. “Ajari aku cara menggunakannya,” bisik wanita itu melalui telepon dari apartemen mereka di Olympia, Washington. Dari semua hal yang pernah dilalui James Yee -penahanan, tuduhan spionase, 76 hari dikurung di sel isolasi- ini adalah yang terburuk.

Rasa takut membadai di dadanya saat bicara di telepon dengan istrinya. Sebagai seorang ulama militer, Yee telah dilatih untuk mendeteksi dan mencegah tindakan bunuh diri. Yee tahu bahwa kondisi Huda telah kritis. Istrinya itu telah menemukan pistol Smith & Wesson miliknya yang disimpan di tempat tersembunyi di dalam lemari. Huda sudah merencanakan ini. Yee merasa tak berdaya…

***

PUJIAN:

Sarat dengan pengungkapan rahasia. (The Washington Post)

[Yee] mengatakan dalam bukunya bahwa otoritas militer secara sadar menciptakan atmosfer di mana para penjaga merasa bebas menyiksa para tahanan. (The New York Times)

Kisah pedih Yee yang ia sebut sebagai pelecehan terhadap keyakinan dan patriotismenya ini sunguh menggelisahkan… (USA Today)

James Yee tiba di Guantanamo sebagai perwira AS yang patriotik… Namun kemudian ia ditahan, dituduh menjadi mata-mata. Ini adalah kisahnya yang menggelisahkan. (The Sunday Times)

Kapten James Yee, korban paranoid Washington. (Kompas)

James Yee. Berbagai tekanan diterima karena ras dan kepercayaannya. (Tempo)

Yee mendapat perlakuan layaknya tahanan lain di kamp yang terkenal dengan kekejaman para penjaganya itu… (Republika)

Seriusnya situasi yang dihadapi Yee amatlah jelas. (Guardian)

[Yee] harus menjalani penyidikan militer yang sarat dengan kecurigaan terhadap keyakinanya… (Publishers Weekly)

[Kisah ini] menunjukkan bahwa tiada seorang pun yang aman pada masa-masa paranoid ini. (The Australian)

Buku ini sungguh bertenaga, mengungkap bagaimana ketakutan dan kebodohan dapat mengarah kepada pelecehan terhadap keadilan. (The Associated Press)

Chaplain Yee, dipenjara karena keyakinannya. (Asian Week)

Kebanyakan orang merasa cukup puas dan aman jika mendapatkan penghasilan dengan menjadi karyawan. Lantas mengapa kita harus memiliki bisnis meski sudah mendapatan pekerjaan yang bagus?Sebuah survey dari Departemen Perdagangan & Industri di Amerika membuktikan bahwa :

¼ dari kehidupan kita dihabiskan untuk belajar mulai dari sejak Lahir, SD, SMP, SMA, Kuliah ( 25 tahun).

½ dari kehidupan kita dihabiskan untuk bekerja selama 30 tahun. Total usia 55 tahun.

nah,pada usia 60 th, orang terbagi dalam beberapa keadaan sebagai berikut :

– 36 % Telah meninggal dunia
-54 % miskin (tergantung pada anak, gelandangan, tunjungan,dll)
– 5 % masih harus bekerja
– 4 % Betul-betul pensiun / tabungan pas – pasan
– 1 % kaya

Ternyata 1 % orang kaya tersebut berasal dari profesi sbb:

– 10 % CEO, Top manager
– 10 % dokter ahli, pengacara, artis (profesional yang sukses)
– 5 % sales asuransi, sales rumah
– 1 % lain – lain (lotre, judi, undian)
– 74 % bisnis (pemilik usaha)

Apa itu Aset?Aset ialah sebuah usaha atau sistem yang jika di Tinggalkan bisnis anda barang satu atau dua tahun. Bila bisnis masih berjalan baik bahkan makin kokoh, itu tanda bisnis anda bersistem.

Bagaimana membagun Aset?

Ada banyak cara, Biasanya kita harus mengumpulkan uang dulu dan kemudian…
membeli atau membangun properti lalu disewakan
menabung/deposito dan dapatkan bunganya
bermain saham atau reksadana (tentu,dengan hati-hati)

Ada satu cara lain yang mungkin belum pernah terpikirkan selama ini dan untuk itu saya sebarkan….
BAGAIMANA……?
KITA CEK DULU CARA KITA BERPANGHALILAN SELAMA INI.

ADA 4 KUADRAN CARA KITA BERPENGHASILAN
(ref. ”Casflow Quadrat” oleh Robert T.Kiyosaki)

E (employe) : Kita bekerja untuk orang lain
Contoh:
-karyawan/buruh
-profesional
-direktur

Self Emplaye : Bekerja untuk diri kita sendiri.
Contoh :
-dokter/artis/pengacara,arsitek
-pemilik usaha kcil,toko.bengkel
-restoran.

Business :kita memiliki bisnis bersistem
Ciri bisnis bersistem:
Tinggalkan bisnis anda barang satu atau dua tahun. Bila bisnis masih berjalan baik bahkan makin kokoh, itu tanda bisnis anda bersistem.
Contoh:
-konglomerasi
-waralaba
-network marketing
Investor : kita memiliki investasi
Contoh:
-deposan
-pemilik properti yang disewakan
-pemegang saham

APA YANG MENARIK DARI KEEMAPT KUADRAN INI?
Dari ke empat kuadran tersebut dibagi menjadi dua
KUADRAN KIRI ( terdiri dari Employe & Self Employe)
Ciri-ciri : Kita bekerja untuk Uang
ACTIVE INCOME Artinya Uang kita dapat dengan bekerja membarter waktu. Jika waktu habis, habis pula kesempatan kita bekerja mencari uang.
KUADRAN KANAN (Business & Investor )
Ciri-ciri : Uang bekerja untuk kita
PASSIVE INCOME Artinya Uang kita dapat dari ASET ( bisnis bersistem dan investasi). Walaupun waktu habis,penghasilan mengalir terus.

Robert T.Kiyosaki
”AGAR PASSIVE INCOME SEGERA MENJADI REALITA,KITA PERLU SEGERA MEMULAI AKTIFITAS MEMBAGUN ASET MEMALULI USAHA MILIK KITA SENDIRI DI KUADRAN KANAN ( B ). Yakni usaha bersistem dan Investasi.

MEMBAGUN USAHA?
BAGAIMANA PROSESNYA??

Pilihaan usaha ada di Kuadran B.
ALTERNATIF PILIHAAN USAHA BERSISTEM DI KUADRAN B
Menurut pakar bisnis Robert T. Kiyosaki ada 3 cara sbb: 1. Membuat sendiri ( misal perusahaan /konglomerasi) 2. Membeli waralaba/Franchise ( modal > 100 juta ) 3. Mengikuti waralaba pribadi/ Network Marketing- ( modal kecil bahkan Tanpa Modal )
ANDA PILIH YANGA MANA? BIASANYA PILIHAAN TERBENTUR PADA LIMA ASPEK…

modal
resiko
tempat
waktu
keahlian

Silakan kalau anda pilih jenis usaha yang lain,tetapi saya akan bahas dari sisem yang unik dalam hal membagun aset ini yakni lebih difokuskan untuk pilihaan berikut…

Network Matketing keena modal kecil,resiko kecil,tempat fleksibel,waktu juga fleksibel,tidak butuh keahlian karena sudah ada sistem ,cukup nyontek.

MENGAPA NETWORK MARKETING?
”KALAU USAHA LAIN MENGUMPULKAN UANG DAHULU KEMUDIAN MEMBELI ASET, NETWORK MARKETING JUSTRU LANGSUNG BEKERJA MEMBAGUN ASET ”(Ref. ”Business School” Oleh Robert T. Kiyosaki)

Network Marketingadalah suatu proses investasi yang sederhana. Jika begitu sederhananya proses untuk sukses, mengapa tidak banyak orang yang berhasil?Jawabannya persis seperti yang diutarakan oleh Robert T. Kiyosaki dalam bukunya GUIDE TO INVESTING bahwa:
Investasi adalah sebuah rencana yang sederhana, suatu proses menjadi kaya yang sering kali membosankan, tidak menggairahkan, dan nyaris mekanis.
Manusia cepat bosan dan ingin menemukan sesuatu yang lebih menyenangkan dan menggairahkan. Itu sebabnya hanya 3 dari 100 orang menjadi kaya. Mereka mulai mengikuti suatu rencana, dan tak lama kemudian mereka bosan. Maka mereka berhenti mengikuti rencana itu dan kemudian mencari kembali cara jitu untuk menjadi kaya dengan cepat.

Mereka mengulangi proses kebosanan, kesenangan, dan kebosanan lagi selama sisa hidup mereka. Itu sebabnya mereka tidak menjadi kaya. Mereka tidak mampu menanggung rasa kebosanan akibat mengikuti rencana sederhana yang tidak rumit untuk menjadi kaya. Kebanyakan orang mengira ada suatu daya megic untuk menjadi kaya lewat investasi. Atau mereka mengira jika suatu rencana tidak rumit, maka rencana itu pasti tidak bagus.

Percayalah, jika sampai pada masalah investasi, sederhana adalah lebih baik daripada rumit(disadur dari buku GUIDE TO INVESTING – Robert T. Kiyosaki).

Ketika mendapatkan kesempatan bisnis ada 2 golongan orang:
1. 90 % mau menunggu bukti (menunda)
2. 10 % mau menjadi bukti (bergerak cepat untuk merealisasikannya)Dari 2 golongan di atas, mana yang akan sukses ?? Sudah pasti mereka yang ingin MENJADI BUKTI yang akan sukses. Anda ingin berada pada golongan yang mana? keputusan Anda adalah masa depan Anda.
“tangan di atas lebih mulia daripada tangan dibawah. Menjadi pengusaha lebih mulia karena tanganya diatas…”

Sampai Jumpa di puncak sukses!

Mereka berusia 35 tahun atau kurang, pekerja keras, piawai mengelola usaha, dan moderat dalam memimpin karyawan. Berbekal intuisi, inovasi, dan berani mengambil keputusan, bisnis dan karier mereka bakal kian bersinar.

Jangan remehkan intuisi. Buktinya, hanya karena tak mengandalkan “intuisi”, Museum Getty di AS pernah rugi jutaan dolar! Itu terjadi ketika museum tersebut membeli sebuah patung yang oleh penjualnya disebut sebagai patung Yunani berumur ribuan tahun. Mereka lalu melakukan penelitian ilmiah. Kesimpulannya, benar patung itu berumur ribuan tahun dan pantas dihargai US$30 juta.

Patung Yunani itu lalu ditunjukkan kepada Frederico Zeri, salah seorang anggota dewan museum. Saat mengamati kuku jari patung itu, Zeri merasa ada yang aneh. Beberapa ahli lain, di antaranya Thomas Hoving, yang mantan direktur Metropolitan Museum of Art di New York, juga diminta melihat patung itu. Hoving pun punya “feeling” yang sama dengan Zeri. Katanya, “It was ‘fresh’.”

“Fresh” di sini jelas bukan gambaran yang pas untuk sebuah patung yang diduga berumur ribuan tahun. Investigasi pun dilakukan. Hasilnya, intuisi Zeri dan Hoving ternyata jitu. Padahal, pihak museum telah mengeluarkan dana jutaan dolar AS dan terlambat mengubah keputusannya. Jelas mereka rugi!

Kisah menarik itu dipaparkan Malcolm Gladwell dalam bukunya Blink: The Power of Thinking without Thinking. Di dalamnya, Gladwell juga menyajikan bahwa blink dibutuhkan pula di dunia bisnis. Sepakat akan hal itu, Ade Febransyah, pengamat bisnis dan manajemen dari Sekolah Bisnis Prasetiya Mulya, mengatakan bahwa, bagi dunia bisnis, intuisi diperlukan dalam mengidentifikasi opportunity gap dan pengambilan keputusan yang kritikal.

Bisnis Butuh Intuisi
Oleh karena itu, Ade menyarankan agar para pebisnis maupun eksekutif yang berada pada tataran pengambil keputusan tidak mengabaikan intuisi. “Jangan sampai mereka terjebak mengumpulkan data sebanyak-banyaknya, tetapi lupa akan intuisinya sendiri,” terang Ade. Ini berlaku pula bagi para pengusaha dan eksekutif muda berusia 35 tahun atau kurang. Sering, lanjut Ade, usia muda menjadikan mereka tak percaya diri pada intuisinya sendiri. Padahal, intuisi bisa menjadi salah satu pilar untuk meraih sukses di dunia bisnis.

Apa yang dilakukan Yoris Sebastian Nisiho, GM Hard Rock Cafe (HRC) Indonesia, bisa menjadi contoh. Intuisinya yang tajam menjadikan pemuda kelahiran 33 tahun silam ini tak ragu mendobrak pakem. Ia menciptakan program dengan tag line “I Like Monday”. Padahal, sebelumnya, idiom I don’t like Monday begitu melekat di persepsi masyarakat. Senin adalah hari yang paling “berat”. Namun, Yoris berpikir sebaliknya. Ia malah merancang acara-acara spesial di hari Senin. Tujuannya, untuk menghidupkan dan menyemarakkan hari pertama dalam satu minggu.

Hasilnya? Pengunjung HRC justru membeludak pada hari Senin. Bahkan tak jarang HRC tidak dapat menampung hardrockers yang ingin menikmati program “I Like Monday”.

Begitu juga Sharmila, 34. Sebelum menjadi pebisnis furnitur dan pakaian anak, ia sempat berkarier di PT Sucofindo. Dengan mengandalkan intuisi, istri Yahya Zaini ini nekat terjun menjadi entrepreneur, meski saat itu ia tak punya pengalaman sedikit pun di dunia bisnis.

Kala itu, hanya dengan modal Rp2 juta, ia mengawali bisnis jasa renovasi sofa. Dana itu plus uang muka 50% dari klien ia jadikan modal awal untuk membeli bahan dan membayar tukang renovasi. Dengan menekankan kualitas produk dan layanan purnajual, lama-kelamaan bisnis Sharmila berkembang. Pelanggannya kini tak hanya datang dari rumahan, tetapi juga dari perkantoran, hotel, dan rumah sakit.

Jenis usahanya pun kian beragam. Furnitur, perlengkapan hotel, hingga pakaian anak. Kini omzet perusahaan Sharmila mencapai Rp700—900 juta per bulan. “Ke depan, saya berencana mengembangkan bisnis ini dengan jalan syariah, bukan melalui waralaba,” kata pemilik PT Savindo Karya dan Kids Smart ini.

Intuisi pulalah yang berbicara ketika Baron Respati, dirut PT Ambar Kejora, memutuskan untuk menerima tawaran menjadi pemegang lisensi jam tangan merek Lockman. Padahal, ketika itu ia baru lulus dari Universitas San Francisco, AS.

Inovasi, Inovasi, dan Inovasi
Di samping intuisi, Ade juga menekankan pentingnya inovasi berkesinambungan. Idealnya, para pengusaha dan eksekutif muda ini bisa bertindak sebagai inovator. Bagi mereka, terang Ade, mestinya hal itu tak terlalu sulit. Apalagi kebanyakan mereka sering berangkat dari ide-ide “liar”. Hanya butuh kerja keras dan kemauan untuk mengasah kemampuan agar inovasi itu bisa sampai ke tahap komersial.

Enlie Widjaja juga. Direktur PT Vivamerindo Mitra Sejahtera, sebuah perusahaan multilevel marketing (MLM), ini terus berinovasi guna menambah jumlah distributornya. Ia tak ragu menarik orang yang sudah terjun ke dunia MLM untuk bergabung dengan perusahaannya, yang bergerak di bisnis food supplement dan skin care ini.

Apa inovasi Enlie? Sejak Januari lalu ia mengubah strategi bisnis. “Jika sebelumnya pendekatan yang dilakukan berdasarkan kualitas produk, kini kami melihatnya dari sisi peluang bisnis,” ungkap Enlie. Selain itu, sarjana akuntansi dari California State University of Fresno, AS, ini membuat program baru yang dinamakan fast track.

Program ini, menurut Enlie, cukup diminati. Pasalnya, mereka yang direkrut hanya dikenai biaya Rp3,8 juta dan bisa langsung menduduki posisi manajer. Adapun si perekrut sendiri akan mendapat dana tunai Rp1 juta. Padahal, sebelumnya, untuk bisa sampai pada level manajer, akumulasi poin member harus mencapai sekitar Rp10 juta. Dengan inovasinya ini, Enlie menargetkan mampu menambah jumlah distributor hingga 100% pada tahun ini.

Sebagai pengusaha, Soegiandi tak menampik pentingnya inovasi demi kelangsungan bisnis. Inovasinya dalam menjalankan Amazone Family Entertainment Center diawali dari minatnya untuk menyediakan fasilitas bermain bagi keluarga. Menurut Soegiandi, fasilitas tersebut dapat melahirkan harmonisasi di antara anggota keluarga. Dalam menjalankan bisnisnya, pria yang punya hobi menonton film silat ini mengaku tertarik untuk membentuk brand lokal yang dikelola oleh SDM-SDM lokal pula. “Saya harus mampu membuat perusahaan lokal yang baik, jangan cuma mengandalkan sistem franchise dan tergantung pada asing,” tekadnya.

Oleh karenanya, Soegiandi mencoba membuat Amazone mempunyai ciri khas. Ia menawarkan konsep one-stop entertainment. Maksudnya, mulai dari interior, mesin, sampai permainan disuguhkan lengkap tak hanya bagi anak kecil, tetapi juga orang dewasa. Di samping itu, Soegiandi menjanjikan pihaknya akan memberikan pelayanan yang terbaik dan memuaskan bagi konsumen.

Baron Respati juga mengembangkan bisnisnya lewat inovasi. Kini ia membawahkan beberapa perusahaan, seperti Asia Finance, Kafe Oh La La, serta pemegang lisensi Lockman Italy dan Bucherer Executive. Ia menawarkan sistem waralaba untuk kafe Oh La La sejak tahun 2000. Usahanya tak sia-sia. Kini kafe made in lokal itu beranak pinak menjadi 46, yang tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, dan kota-kota lain. Bahkan, di masa krisis pun Baron terus membuka cabang.

Yoris juga terus menggali inovasinya. Setelah sukses dengan “I Like Monday”-nya, ia menggandeng Oscar Lawalata untuk mendesain fashion khusus bagi HRC. Menurut Yoris, inovasi ini dilakukan karena ia melihat peluang baju-baju HRC bukan lagi sekadar suvenir, tetapi sudah menjadi fashion item. Ke depan, pria kelahiran Makassar ini berencana menggandeng desainer-desainer muda lainnya dengan maksud yang sama.

Memimpin dengan Gaya Moderat
Jika anak-anak muda itu terbilang piawai dalam menciptakan ide-ide bisnis, bagaimana cara mereka saat mengelola SDM? Dengan jujur Eddy Santoso Setiawan, presdir PT Sanex Telekomunikasi, mengakui bahwa ia memilih cara moderat. Dengan cara itu, ia tak merasa sulit dalam menghadapi karyawan maupun mitra usaha. “Di bidang telekomunikasi, kebanyakan kami sama-sama masih muda. Jadi, nyaris tak ada masalah,” tambah Eddy.

Kalau Baron punya pendekatan lain. Ia menerapkan konsep manajemen dari hati dengan mengutamakan pendekatan personal. Kata pria 23 tahun ini, setiap hari ia selalu menyempatkan diri untuk menyapa dan memberikan arahan kepada para kepercayaannya yang ada di setiap cabang. Jika tak bisa dengan tatap muka, ia melakukannya via telepon, Dengan cara seperti itu, Baron berharap para karyawannya memiliki loyalitas yang tinggi.

Lilis Setiadi, director head of sales PT Schroder Investment Management Indonesia, memilih memberikan keleluasaan kepada para bawahannya untuk menerapkan strategi guna mencapai target. “Saya percaya target adalah target, tetapi bukan berarti tidak ada fleksibilitas di dalamnya,” tegas Lilis.

Gaya moderat diadopsi pula oleh Enlie. Wanita kelahiran Jakarta, 13 Mei 1971 ini mengaku, dalam menetapkan target ke bawahan, ia selalu menyertakan arahan dan cara untuk mencapainya. Tujuannya, agar proses yang mereka lakukan terarah.

Hari Sudarmadji, managing partner Optima Consulting, menilai gaya kepemimpinan anak-anak muda sekarang memang terkesan lebih moderat. Ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal berkaitan dengan terciptanya era reformasi yang menyebabkan makin terbukanya iklim bisnis. Adapun faktor internal dipengaruhi oleh sifat dasar anak-anak muda itu yang cenderung tak mau dikekang. Meski demikian, Hari mengingatkan agar anak-anak muda itu tak selalu membuka keran informasi seluas-luasnya. “Mereka juga harus pintar-pintar menyaring. Sebab, dalam bisnis, terkadang ada hal-hal yang tak bisa didiskusikan dengan bawahan,” ujar Hari.

Bukan hanya moderat, anak-anak muda ini juga merasa lebih sreg menerapkan sistem kekeluargaan. “Saya tanamkan kepada karyawan bahwa kami ini merupakan satu keluarga. Perusahaan ini milik mereka juga,” ungkap Sharmila. Maka, ia pun menjadikan karyawan-karyawannya sebagai mitra bisnis.

Begitu pula dengan Soegiandi. Dalam mengelola SDM, peraih gelar magister manajemen internasional dari Prasetiya Mulya ini menciptakan hierarki yang serupa dengan keluarga di rumah. Ia mengibaratkan setiap cabang bak satu rumah yang dipimpin oleh satu kepala keluarga. Namun, sebagai pimpinan, Soegiandi tak menampik bahwa ia berharap bisa menjadi “bos” yang disegani, bukan ditakuti. Pasalnya, kata Soegiandi, kalau hubungan atasan dan bawahan didasarkan rasa “takut”, suasana kerja pun tak akan nyaman. Dengan sistem kekeluargaan, ia yakin perusahaan bakal lebih fleksibel menghadapi perubahan dan lebih efisien.

Aktivitas bisnis anak-anak muda itu patut diacungi jempol. Betapa tidak, dalam usia muda, mereka mau bekerja keras, mengelola bisnis, dan menjadi leader. Namun, Ade Febransyah mengingatkan mereka untuk terus mengasah kemampuan, memperluas wawasan, dan tak berhenti berinovasi. Last but not least, mereka juga harus berani mengambil keputusan. Intuisi dan inovasi saja tak akan berarti apa-apa jika “the young entrepreneur & executive” itu tak berani mengambil keputusan. Tentu bukan asal keputusan, tetapi keputusan yang jitu.

Kiat Sukses para Pengusaha dan Eksekutif Muda:

1. Dalam berkarier, seorang eksekutif jangan terpaku hanya pada satu organisasi. Ini untuk mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan situasional leadership yang berguna sebagai modal meningkatkan jenjang karier. Sedangkan sebagai pengusaha, jangan hanya terfokus pada satu bidang. Usaha yang sudah ada terus dikembangkan, tetapi tetap sejalan dengan kompetensi inti.

2. Perluas wawasan, pengalaman, dan kemampuan leadership.

3. Jangan lupakan intuisi, jangan berhenti berinovasi.

4. Berani mengambil keputusan.

5. Seiring dengan makin bertambahnya usia, sebaiknya makin matang dan tepat pula dalam mengambil keputusan.

Sumber: Kamis, 1 Juni 2006 09:00 WIB – warta ekonomi.com